Jamaah Yang Tercecer


Foto Alapakguru bersama siswa
Ketika kakiku melangkah memasuki musala sekolah aku lihat semua kepala bersujud tertumpu pada sajadah. Aku perhatikan secara bersamaan teman-temanku mulai berdiri melanjutkan rakaat yang kedua salat dhuha. Semua tampak rapi bersama-sama.
“Ya Tuhan, kenapa aku terlambat tadi?”
Ku mulai rakaat pertama salat dhuhaku. Ku angkat kedua tangan mengucapkan takbir.
“Allahu akbar”
Allah maha besar tak ada yang besar melebihi kebesaran-Mu. Semuanya kecil dibanding dengan kuasa-Mu. Tak pantas diriku menyombongkan diri. Kecerdasanku ini hanyalah titipan. Kepandaianku ini adalah anugerah yang harus aku kembangkan. Ilmu yang telah aku miliki hanyalah setitik air di lautan dibandingkan dengan ilmu-Mu.
Samar-samar ku dengar salam terakhir dari Pak Burhan mengakiri rakaat kedua salat dhuha diikuti teman-temanku. Pak Burhan melanjutkan dengan ceramahnya yang singkat namun sarat akan motivasi.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi anak-anak. Apa kabar?” Ucap Pak Burhan.
“Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi Pak. Alhamdulillah baik.” Jawab serempak teman-temanku.
“Ada banyak hal yang dilakukan bersama-sama akan terasa mudah dan ringan. Meski yang melakukan seperti tak berdaya. Kalian tahu semut? Pak Burhan memberi contoh semut. Hewan yang tubuhnya kecil ini. Jika bersama-sama mampu membawa potongan-potongan sisa makanan yang ukurangnya jauh lebih besar berlipat-libat daripada tubuhnya. Semut-semut tersebut mampu memindahkan makanan-makanan tersebut ke sarangnya. Itulah salah satu contoh istimewanya bekerjasama.
Namun demikian suatu ketika ada Raja Semut yang berbangga karena menemukan makanan yang sangat lezat dan manis. Awalnya mencicip manisnya madu yang tumpah di lantai.
Hem nikmat, kata Raja Semut. Pak Burhan menirukan gaya raja semut mecicip manisnya madu. Sekecap dua kecap makin terasa manis dan lezat. Raja Semut mulai berpikir cepat-cepat menghabiskan madu sendirian. Sebelum teman-teman berdatangan, akan aku habiskan madu ini. Kemudian semuat berputar-putar berpikir cara menghabiskan makanan yang berlimpah itu sendirian.  
Tak lama kemudian, Raja semut menemukan cara menghabiskan madu dengan cepat. Ia langkahkan kaki di tengah-tengah madu. Ia benar-benar mendapatkan rejeki. Ia hisap madu tersebut sebanyak-banyaknya. Tiba-tiba tumpahan madu yang menggunung tersebut pecah dan terceburlah semua tubuh Raja Semut. Tenggelam ke dalam madu yang berlimpah. Hingga akhirnya semutpun mati.
Anak-anak pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita semut di atas? Dalam hidup ini kita perlu bekerja sama satu sama lainnya. Seberat apapun itu jika kita mau bekerja sama semua akan terasa ringan dan dimudahkan.
Sebaliknya jika dalam hidup ini kita mau menangnya sendiri, serakah, acuh, dan tidak memperdulikan lainnya. Pada saatnya kita akan mengalami hal yang sama seperti semut. Mati karena keserakahannya sendiri.
Demikian anak-anak yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
Pak Burhan mengakhiri ceramahnya.   
Akupun selesai dhuhaku pada rakaat kedua. Kemudian kulanjutkan dengan berdoa.
***
Setelah selesai berdoa aku berburu cium tangan Pak Burhan. Tanpa ditanya ku sampaikan permohonan maaf, karena terlambat mengikuti salat dhuha. Dengan senyum Pak Burhan menjelaskan arti doa salat dhuha padaku.
….
Dalam hatiku bertanya-tanya
“mengapa Pak Burhan tidak menanyakan alasanku terlambat?”
Pak Burhan memang guruku yang sangat bijaksana. Kata-katanya penuh makna, penuh dengan motivasi. Meski tanpa memerintah, sejak saat itu akupun termotivasi untuk selalu memperbaiki diri.          


Reaksi:

Post a Comment

0 Comments