Ketika
kakiku melangkah memasuki musala sekolah aku lihat semua kepala bersujud
tertumpu pada sajadah. Aku perhatikan secara bersamaan teman-temanku mulai
berdiri melanjutkan rakaat yang kedua salat dhuha. Semua tampak rapi bersama-sama.
“Ya
Tuhan, kenapa aku terlambat tadi?”
Ku
mulai rakaat pertama salat dhuhaku. Ku angkat kedua tangan mengucapkan takbir.
Allah
maha besar tak ada yang besar melebihi kebesaran-Mu. Semuanya kecil dibanding
dengan kuasa-Mu. Tak pantas diriku menyombongkan diri. Kecerdasanku ini
hanyalah titipan. Kepandaianku ini adalah anugerah yang harus aku kembangkan. Ilmu
yang telah aku miliki hanyalah setitik air di lautan dibandingkan dengan
ilmu-Mu.
Samar-samar
ku dengar salam terakhir dari Pak Burhan mengakiri rakaat kedua salat dhuha
diikuti teman-temanku. Pak Burhan melanjutkan dengan ceramahnya yang singkat
namun sarat akan motivasi.
“Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi anak-anak. Apa kabar?” Ucap Pak
Burhan.
“Waalaikum
salam warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi Pak. Alhamdulillah baik.” Jawab
serempak teman-temanku.
“Ada
banyak hal yang dilakukan bersama-sama akan terasa mudah dan ringan. Meski yang
melakukan seperti tak berdaya. Kalian tahu semut? Pak Burhan memberi contoh
semut. Hewan yang tubuhnya kecil ini. Jika bersama-sama mampu membawa
potongan-potongan sisa makanan yang ukurangnya jauh lebih besar berlipat-libat
daripada tubuhnya. Semut-semut tersebut mampu memindahkan makanan-makanan
tersebut ke sarangnya. Itulah salah satu contoh istimewanya bekerjasama.
Namun
demikian suatu ketika ada Raja Semut yang berbangga karena menemukan makanan
yang sangat lezat dan manis. Awalnya mencicip manisnya madu yang tumpah di
lantai.
Hem
nikmat, kata Raja Semut. Pak Burhan menirukan gaya raja semut mecicip manisnya
madu. Sekecap dua kecap makin terasa manis dan lezat. Raja Semut mulai berpikir
cepat-cepat menghabiskan madu sendirian. Sebelum teman-teman berdatangan, akan
aku habiskan madu ini. Kemudian semuat berputar-putar berpikir cara
menghabiskan makanan yang berlimpah itu sendirian.
Tak
lama kemudian, Raja semut menemukan cara menghabiskan madu dengan cepat. Ia
langkahkan kaki di tengah-tengah madu. Ia benar-benar mendapatkan rejeki. Ia
hisap madu tersebut sebanyak-banyaknya. Tiba-tiba tumpahan madu yang menggunung
tersebut pecah dan terceburlah semua tubuh Raja Semut. Tenggelam ke dalam madu
yang berlimpah. Hingga akhirnya semutpun mati.
Anak-anak
pelajaran apa yang dapat kita petik dari cerita semut di atas? Dalam hidup ini
kita perlu bekerja sama satu sama lainnya. Seberat apapun itu jika kita mau
bekerja sama semua akan terasa ringan dan dimudahkan.
Sebaliknya
jika dalam hidup ini kita mau menangnya sendiri, serakah, acuh, dan tidak
memperdulikan lainnya. Pada saatnya kita akan mengalami hal yang sama seperti
semut. Mati karena keserakahannya sendiri.
Demikian
anak-anak yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf apabila ada salah-salah kata.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.”
Pak
Burhan mengakhiri ceramahnya.
Akupun
selesai dhuhaku pada rakaat kedua. Kemudian kulanjutkan dengan berdoa.
***
Setelah
selesai berdoa aku berburu cium tangan Pak Burhan. Tanpa ditanya ku sampaikan
permohonan maaf, karena terlambat mengikuti salat dhuha. Dengan senyum Pak
Burhan menjelaskan arti doa salat dhuha padaku.
….
Dalam
hatiku bertanya-tanya
“mengapa
Pak Burhan tidak menanyakan alasanku terlambat?”
Pak
Burhan memang guruku yang sangat bijaksana. Kata-katanya penuh makna, penuh
dengan motivasi. Meski tanpa memerintah, sejak saat itu akupun termotivasi
untuk selalu memperbaiki diri.
0 Comments