Pertolongan Tak Terduga

dokpri
"Alangkah rumitnya jalan ini tanpa petunjuk-Mu
Sepi, sunyi, jemu tanpa-Mu
Wahai zat mahasuci: luruskan jalanku dengan petunjuk-Mu
Temani aku dalam kefanaanku."

Di sebuah kota besar, hiduplah seorang pemuda kaya raya. Pemuda itu bernama Zabir. Zabir berusia 25 tahun dan dia sudah memiliki perusahaan sendiri.

Zabir orang yang dermawan. Dia sering bersedekah kepada orang yang membutuhkan. Zabir selalu melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Menurut Zabir semua yang dia miliki saat ini karena Allah.

Zabir memiliki perusahaan sepatu. Dia membuka cabang hampir di seluruh daerah Jawa. Zabir selalu memperlakukan pekerjanya dengan baik. Pekerja Zabir tidak pernah melakukan kesalahan. Sehingga, Zabir sangat merasa santai dengan pekerjaannya.

Suatu hari, saat Zabir berada di ruangannya terdengar suara ketokan pintu.

"Tokkk tokk tok. Pak Zabir." Ucap salah seorang pegawainya.

"Iya silakan masuk." Zabir menyilakan dengan ramah.

"Pak, saya ingin menyampaikan berkas ini kepada bapak." Ujar pegawai Zabir dengan wajah gemetar.

"Iya sudah sini, tidak usah gugup gitu!" Kata Zabir dengan santai.

Zabir segera membaca isi berkas tersebut.
"Apa usaha kita bangkrut." Teriak Zabir dengan mata melotot dan wajah memerah.

"Iya, Pak. Maaf." Kata pegawainya dengan menundukkan kepala.

"Kamu itu tidak bisa diandalkan. Bagaimana ini. bisa terjadi. Kamu saya pecat sekarang juga." Ucap Zabir sambil membanting berkas itu.
Usahanya bangkrut dan Zabir memiliki banyak hutang di bank.

Suatu hari ada tamu mendatangi rumah Zabir.
"Pak, bayar hutang Anda sekarang juga!" Kata seorang petugas bank.

"Iya, Pak. Beri saya waktu tiga hari lagi. Saya mohon." Kata Zabir dengan memelas.

"Tidak bisa anda sudah menunda tiga bulan. Sebagai gantinya, rumah Anda saya sita. Jadi silakan kemasi barang-barang dan tinggalkan rumah sekarang juga." Kata seorang petugas bank dengan nada tinggi.

Zabir meninggalkan rumah dengan penuh kekecewaan. Zabir hanya memiliki sedikit uang untuk menyewa rumah kontrakan. Zabir mau tidak mau harus bekerja keras lagi. Zabir akhirnya bekerja sebagai pedagang kurma.

Akibat kemiskinannya, Zabir sekarang menjadi orang yang sesat. Zabir sering meninggalkan ibadahnya. Dia tidak bersedekah meski memiliki rezeki lebih. Bahkan, Zabir pernah mencuri harta orang lain. Zabir selalu mengeluh dan tidak pernah bersyukur.

"Pak silakan dibeli. Bu silakan dibeli. Kurmanya murah." Ucap Zabir sambil menawarkan kurmanya.

"Hahhh, tidak ada yang beli hari ini. Sudah lelah, haus, tidak punya uang lagi. Aku tidak akan memohon pada Allah lagi. Tidak ada gunannya juga. Dari dulu aku sudah memohon, sampai sekarang tidak ada hasilnya juga. Sungguh tidak adil Allah." Keluhnya sambil membawa kurma-kurma tersebut pulang.

Pada esok hari, Zabir kembali berjualan. Sayang sampai siang hari dagangannya tidak ada yang membeli. Tidak berapa lama terdengar suara gemuruh dari ujung jalan. Ternyata itu segerombolan preman jalanan. Preman itu menghampiri Zabir.

"Heh, mana uangmu?" Kata seorang preman dengan wajah bengis.

"Saya tidak punya uang." Ujar Zabir.
Preman itu segera memukuli Zabir dan mengikatnya di salah satu pohon di tengah hutan.

Suatu hari, ada seorang laki-laki tua dengan jenggot separuh putih sedang menggelar tikar di bawah pohon pule. Namanya Dono. Kakek Dono sedang beristirahat di tepi hutan dengan berbekal sepotong roti gandum. Roti itu dibungkus daun pisang kering dan diletakkan di atas tikar, agak jauh dari tempatnya merebahkan tubuhnya.

Saat Kakek Dono akan duduk, tiba-tiba datang dua ekor burung secepat kilat menyambar gulungan daun pisang berisi roti. Karena dia tidak kuat menahan lapar, Kakek Dono mengejar dua burung itu. Burung itu membawa kakek Dono ke tengah hutan. Akhirnya kedua burung itu berhenti di sebuah pohon besar. Kakek Dono terkejut di bawah pohon itu terdapat seorang pemuda yang diikat tubuhnya.

"Apa yang terjadi denganmu, Nak?" Tanya Kakek Dono pada pemuda itu.

"Aku adalah pedagang kurma. Saat itu, ada preman dan aku tidak memiliki uang. Aku dipukul dan diikat di sini. Beberapa jam setelahnya, aku sadarkan diri dan terkejut karena berada di tengah hutan. Aku beruasaha melepaskan ikatan tali ini tetapi tidak bisa." Jawab Zabir sambil menahan rasa sakit.

Setelah mendengar pengakuan Zabair, Kakek Dono segera membuka tali yang mengikat sekujur tubuh Zabir.

"Terima kasih ya, Kek. Kalau tidak ada kakek pasti aku sudah mati kelaparan." Ucap Zabir.

"Tidak usah berterima kasih pada kakek, berterima kasihlah kepada Allah.

Zabir segera meninggalkan hutan dan membawa kakek Dono pulang ke rumah. Di rumah Zabir, Kakek Dono selalu berdo'a kepada Allah. Kakek Dono juga bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

Melihat Kakek Dono, Zubair kagum. Meski Kakek Dono miskin, dia tetap membagikan rezekinya kepada orang lain. Zabir berkata, "Kek aku boleh ikut bersedekah?"

"Tentu saja boleh. Allah selalu melihat perilaku hambanya. Kamu boleh bersedekah meski sedikit. Karena hal yang kamu anggap sedikit, dianggap berharga oleh orang lain." Ucap kakek sambil menepuk pundak Zabir.

Berkat kakek Dono, Zabir bisa mendekatkan diri kepada Allah. Zabir menjadi orang yang baik hati. Sekarang Zabir melakukan perintah Allah meski hartanya tidak berlimpah seperti dulu.

Allah selalu memaafkan kesalahan hambanya. Jika kita rajin beribadah, keberuntungan selalu memihak kita. Memohon ampunlah kepada Allah jika kita melakukan kesalahan. Jalan terbaik adalah berdo'a dan memohon ampun kepada Allah.

*Karya: Shinta Kurnia Rahayu
Reaksi:

Post a Comment

0 Comments