Sahabat Lama itu Mbok Sri


Biasanya kalau pagi hari tidak repot, kusempatkan menyapu di depan rumah. Selain enak dilihat juga menyehatkan. Kebiasaan ini memang sudah telanjur dari kecil, kalau sibuk jadinya tak dapat menyapu sendiri. Untung depan rumah tetap bersih disapu saudaraku.

Pasaran legi di kampungku selalu memberi nuansa berbeda. Ramai pengunjung dan pedagang sampai meluber ke jalan-jalan. Sayang ramainya pasar tumpah ini tak seramai masa kecilku. Dulu pedagang sampai di dekat telon yang sekarang jadi terminal. Pedagangnya dari mana-mana. Pembelinya dari kampung-kampung sebelah.

Kali ini ingatanku kembali ke masa kecil ketika Mbok Sri dari kejauhan tampak berhenti berkali-kali. Jalannya terhuyung-huyung tak tegak lagi. Selain faktor usia tentu beban yang digendong dan dijinjing terlalu berat untuk perempuan seusianya. Di gendongan Mbok Sri penuh dengan lontong sedangkan dijinjingannya sayur dan lauk yang hendak dijual.

Sambil menyelesaikan menyapu jalan depan rumah, aku menanti kedatangannya. Namun, rasa penasaran dan sabarku menghentikan untuk menyapu. Aku segera melangkah mendekati Mbok Sri.

"Mboook." Sapaku dengan tersenyum.

"Le, ki omahem tho?" Mbok Sri balik tanya.

"Wes suwe ra ketemu?" Mbok Sri menambahi tanya.

"Nggih." Aku pun balas dengan senyum.

"Ngeneki lho nek ra nduwe bocah." Mbok Sri mulai mengeluhkan beban yang harus dikerjakan sendirian.

"Le, gawanku ki sabrangno!" Mbok Sri memintaku mengantarkan sayur dan lauknya ke pasar.

"Panggene sebelah pundi?" Tanyaku pada Mbok Sri.

"Sebelahe bakul plembungan." Jelas Mbok Sri padaku.

"Nggih Mbok." Jawabku.

Bagiku lontong buatan Mbok Sri istimewa. Dulu waktu kangen lontong buatan ibu. Aku sampai mendatangi rumah Mbok Sri untuk merasakan masakan ibu. Beda memang tapi ada rasa yang sama.

Mbok Sri adalah sahabat ibu. Setidaknya profesinya sama. Penjual lontong di pasar kampung. Tugasnya mengobati rasa lapar dan rindu.

Ibuku selalu memberi rindu, Tuhan meminjamkan permintaan Mbok Sri mengantar sayur. Persis kebiasaanku dulu pada ibu. ♡♡♡♡
Reaksi:

Post a Comment

0 Comments