Suatu hari, di sebuah hutan hiduplah seekor ulat pohon bernama
Pino. Ia hidup sendiri tanpa ada keluarga yang mendampinginya. Berbeda dengan
makhluk lain yang ada di hutan itu yang ditemani dengan keluarganya.
Pino merasa tak bahagia. Tubuhnya berwarna hijau
kekuningan. Ia membenci tubuhnya yang besar dan juga lamban. Ia sering
berbicara sendiri.
"Kupu-kupu itu.”
“Semut-semut
itu.”
“Seandainya aku bisa terbang dan berlari seperti
mereka."
Pino pun mencoba sekuat tenaga untuk bisa terbang.
Tapi apa daya, yang dilakukanya tidak pernah membuahkan hasil. Kemudian ia
terus merangkak dan memakan dedaunan dengan rakusnya.
“Semut-semut itu jahat tidak mau membantu.”
Salah seekor semut yang berbaris terakhir bernama Rima. Ia berkata,
"Hai ulat berapa banyak daun yang kau makan? Beristirahatlah dan simpan
daun itu untuk kita.
Pino menjawab, "Hah makan apa? Aku merasa
sangat lapar sepanjang waktu."
"Makanlah ulat kecil, semua ini hanya proses
untuk tumbuh dewasa," sahut nenek semut.
"Berapa banyak lagi daun yang ia butuhkan
untuk tumbuh dewasa nenek?" Tanya Rima.
"Cukup banyak, ia akan tumbuh dengan cara yang
berbeda, bahkan tidak kau kenali."
"Ayo makanlah ulat bulu agar dirimu
sehat!"
"Terima kasih, Nek, tapi aku tidak terlalu
suka dengan diriku."
"Jangan kau hina ibu alam dengan mengatakan
seperti itu! Ibu alam telah mengatur mahluknya dengan berbagai jenis yang istimewa."
"Iya nenek semut."
“Eettss….tunggu dulu kau masih dapat melakukan
banyak hal!"
Pino terus merangkak dan makan sampai musim panas
memberi jalan ke musim gugur. Pepohonan menumpahkan daunnya yang berwarna
merah, oranye, dan kuning membuat dunia tampak kemerahan.
Saat dedaunan jatuh, sekumpulan jangkrik kecil, kumbang,
dan lebah terbang bersama dedaunan mengejar daun sampai ke tanah. Pino ingin
mengejar dedaunan seperti mereka tetapi ia terlalu berat. Pino hanya akan jatuh
menggelinding dengan bunyi yang keras dan menyakitkan.
Pino berterik namun menahan suara, "Oh,
seandainya aku bisa terbang seperti mereka mengejar dedaunan yang indah ini."
Musim gugur segera berlalu memberi jalan untuk
musim dingin. Hari semakin pendek dan malam menjadi sangat dingin. Setiap hari Pino
merasakan kantuk yang luar biasa. Ia tidak tidak pernah merasakan hal yang sama
seperti sebelumnya.
Kemudian Pino menemukan dahan yang kuat untuk
beristirahat. Ia mulai menenun selimut di sekeliling tubuhnya. Akhirnya dengan
uapan yang sangat kencang Pino tertidur dan terjatuh di dalam selimut
hangatnya.
Musim dingin kini telah datang. Kemudian datanglah
Rima. Rima melihat Pino tertidur di dalam selimutnya.
"Hah apa ini?"
Nenek semut menyahut, "Jangan ganggu ia, Rima!"
"Tentu nenek." Jawab Rima.
Kemudian Putri musim dingin datang. Putri tersebut
memandangi Pino yang tertidur di dalam selimut hangatnya.
“Hai, teman kecil. Tidur…tidur…tidurlah! Saatnya
ibu alam memberi keajaiban untukmu.”
Musim dingin hanya bertahan sampai tiga bulan. Setelah
seluruh dunia beristirahat, malaikat-malaikat kecil dari alam membangunkan
setiap kuncup dedaunan dan bunga-bunga yang tertidur. Sinar matahari yang
hangat membungkus bunga-bunga es dengar kehangatan.
Pino pun terbangun. Kini, musim dingin telah perg
berganti musim semi. Ia merasa kepanasan di dalam selimutnya. Ia ingin segera
keluar.
Kemudian Rima dan neneknya datang.
"Nenek kelihatanya Pino akan keluar."
"Iya, ia akan keluar."
Pino terus berusaha sekuat tenaga untuk keluar
dari selimutnya.
"Nenek, ia tidak bisa keluar. Ayo kita
bantu!"
"Tidak… tidak. Biarlah ia bekerja keras.
Bekerja keras baik untuknya"
"Mengapa tidak boleh dibantu, Nek?"
"Kamu akan mengetahui alasan ya setelah beberapa
menit."
Akhirnya retakan mulai terjadi di selimutnya. Pino
perlahan mulai muncul keluar.
"Nenek apa itu?
“Di mana ulat lamban itu”
“Aapakah itu Pino?"
"Iya, itu adalah Pino si ulat lamban. Ia
membutuhkan proses untuk menjadi sempurna. Indah kan ia sekarang?"
"Iya, Nek. Ia menjadi semakin indah sekarang."
Kini ulat bulu tersebut sudah bisa terbang menjadi
kupu-kupu yang indah.
"Hore...hore...hore aku sudah bisa terbang
seperti lebah... hore... hore," teriaknya kegirangan.
"Apakah ini benar-benar aku nenek?"
"Iya itu benar dirimu."
Pino sangat senang dan gembira karena sudah bisa
terbang seperti yang lainya.
Nenek semut pun akhirnya berpesan pada Rima.
“Semua yang
ada di dunia ini membutuhkan proses berjuang, seperti ulat tersebut. Ia tidak
boleh dibantu untuk keluar dari kepompongnya. Karena jika ia di bantu, ia akan
menjadi ulat yang tidak bisa apa-apa dan tidak akan tumbuh dengan sempurna. Maka
latihlah dalam hidupmu sikap sabar dan mandiri karena itu penting untuk
kehidupan yang lebih baik lagi.”
Dongeng ditulis Jacinda Nala L.
Editor Akang Azam