Karib yang Bijaksana

Alkisah, seorang pemuda sederhana naik motor di jalanan kota. Pada kesunyian malam ia melaju kencang dengan motornya. Karena beban pikirannya ia kehilangan kesadarannya dan tak terasa bruak...bruak...bruak. Motor yang dikendarainya menabrak pembatas jalan. Ia terpental jauh dari motornya. Kepalanya membentur aspal berkali-kali. Untung helmnya terlepas se
Foto Ilustrasi Alapakguru
telah benturan terakhir yang tak seberapa tinggi.  

Karena kwatir ada polisi datang. Si Pemuda langsung terbangun tanpa menghiraukan memar di kepala dan luka-luka di kakinya. Jantungnya yang berdegub kencang ia biarkan. Si Pemuda bahkan menolak pertolongan tukang bakso yang panik dan kasian melihat si Pemuda bergelut dengan aspal. 

Lewat tengah malam si Pemuda menginap di rumah karibnya. Karibnya kaget bukan kepalang melihat body motornya yang tak karuan. Bodynya pecah-pecah, lampu pecah, stangnya bengkok. 

"Kamu tak apa-apa?" Tanya karibnya dengan nada tak percaya. 

"Ya begini aku tak apa-apa." Jawab si Pemuda dengan nada menyakinkan.

"Coba aku periksa. Takutnya kenapa-kenapa!" Pinta karibnya tak percaya.

"Serius tak apa-apa." Jawab si Pemuda. "Remuk....remuk....semuanya hancur berantakan," si Pemuda meracau. 

"Gak apa besuk aku antar ke bengkel motormu," karibnya mencoba menghibur si Pemuda. 

"Kok bisa ya? Jauh-jauh aku datang ke rumahnya hanya untuk mendengarkan kata terakhir. Keluarga besarnya tidak setuju denganku. Hanya itu tanpa alasan yang masuk akal."

Si pemuda menumpahkan isi hatinya di depan karibnya. Hatinya terkoyak-moyak setelah mendengar kata-kata yang diucapkan kekasihnya. Pemuda itu menceritakan bahwa ia bukanlah pilihan yang tepat untuk paman bibinya.  

"Jika yang kau harapkan selalu dikabulkan. Lalu apa arti perjuangan?" Tanya karib dengan bijaknya.

Si Pemuda menggerutu. "Dunia sungguh tak adil! Apakah orang seperti aku ini tak pantas baginya?"

"Teman, tenangkan hatimu! Kamu masih punya Tuhan. Dia yang punya segalanya. Jika kekasihmu bukan jodohmu. Tuhan telah menyiapkan penggantinya yang lebih baik. Bersabarlah. Semua pasti ada masanya." Karib mencoba menenangkan.

"Tuhan, kenapa tadi Engkau selamatkan aku. Bukankah aku sudah tak diharapkan lagi. Untuk apa aku hidup jika begini rasanya. Apakah karena aku tidak punya apa-apa? Apakah karena aku belum bisa apa-apa?" Si Pemuda berdoa dengan penuh sesal.

"Kamu itu masih disayang. Disayang Tuhan. Buktinya kamu masih selamat. Lihatlah banyak orang yang histeris kehilangan keluarganya yang kecelakaan. Seandainya kamu tadi tidak selamat. Akulah orang pertama yang sedih. Tentu bukan aku saja. Banyak yang kehilangan kamu. Dan apakah kamu sudah siapkan bekal dan siap mempertanggunjawabkan semuanya?" Lerai karib dengan lirih.

Suasana tiba-tiba hening. "Terima kasih teman karib. Aku akan mengingat semua nasihatmu." Suara lirih diiringi mata memerah berkaca-kaca. 

"Bersyukur dan bersabarlah teman," sambil menepuk pundak si Pemuda. 

"Terima kasih Tuhan. Masih Engkau berikan kesempatan kedua. Biarlah luka ini menguatkanku untuk meraih harapan yang lebih baik lagi. 
Reaksi: