UASBN SD Tahun 2018 membuat ketar-ketir berbagai
pihak. Pasalnya hingga kini belum ada sosialisasi kepada sekolah-sekolah. Minimnya
sosialialisasi ini telah diungkapkan jppn.com (29/12/17). Sebenarnya bukan
hanya orang tua peserta didik, para guru juga merasakan hal yang sama, terlebih
hingga kini regulasi terkait belum juga di sosialisasikan. Menurut informasi
yang beredar luas di media sosial, UASBN tahun ini berbeda dengan tahun lalu
dari tiga mata pelajaran menjadi delapan mata pelajaran.
Tiga mata pelajaran
menjadi delapan inilah yang sementara ini menjadi bahan pembicaraan berbagai
kalangan. Beberapa guru misalnya ada yang mengatakan tiga pelajaran saja
persiapannya sudah memperbanyak jam pelajaran tambahan, terlebih lagi menjadi
delapan mata pelajaran.
UASBN merupakan
penilaian pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah yang rutin dilaksanakan
tiap tahun, untuk itu hendaknya semakin baik persiapannya. Tahun lalu
penyusunan soal 25% dari Pusat dan 75% dari daerah dalam hal ini disusun oleh
guru-guru yang memiliki kemampuan menulis soal dan melalui pelatihan terlebih
dahulu. Karena UASBN ini melibatkan
berbagai pihak maka seyogyanya aturan-aturan yang berkaitan dengan ini segara
dikeluarkan pemerintah sehingga tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lagi.
UASBN tiga ataupun delapan
pelajaran tujuan akhirnya adalah mengukur prestasi belajar siswa pada akhir
tahun pelajaran pada jenjang pendidikan. Selain itu UASBN digunakan untuk
memetakan kualitas dan integritas lembaga pendidikan.
Bagi sekolah hasil
UASBN sangatlah penting karena dapat menjadi cerminan kualitas lembaganya. Sedangkan
bagi guru kelas 6, UASBN menjadi tantangan dan beban tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas mengajarnya. Sehingga dapat dikatakan UASBN adalah pekerjaan
berat guru kelas 6 yang membutuhkan waktu khusus dan persiapan khusus juga. Senada
dengan sekolah dan guru, bagi orang tua dan masyarakat hasil UASBN tetap
menjadi harapan besar.
Jika bagi sebagian besar prestasi menjadi
tujuan akhir hasil UASBN, maka Sri Wilujeng (2016:34) menyatakan ada enam sikap
yang mendukung prestasi, antara lain: (1) Berorientasi pada masa depan dan
cita-cita; (2) Berani mengambil atau menghadapi resiko; (3) Memiliki rasa
tanggung jawab yang besar; (4) Menerima dan memanfaatkan kritik sebagai umpan
balik; (5) Memiliki sikap kreatif dan inovatif; (6) Mampu mengatur waktu dengan
baik.
Nah, sambil menunggu
regulasi UASBN dari pemerintah, bagi guru kelas 6 mari siapkan pembelajaran
yang efektif, efesian, dan menarik. Bagi sekolah dan orang tua siapkanlah daya
dukung untuk siswa dan anak-anaknya. Eko Prasetyo saat menjadi narasumber
Workshop Media Pembelajaran di PBG Temayang tanggal 22 November 2017 menyatakan
pembelajaran sukses itu mampu meningkatkan hasil belajar, mampu memotivasi,
meningkatkan daya ingat, dan mampu menerapkan keterampilan.
Menurut John Hattie
dari University of Auckland yang disampaikan oleh Poppy Dewi Puspitawati pada Bimtek PPK dan
Perlindungan Guru tahun tanggal 7 Maret 2017 di Hotel Pangrango Bogor bahwa faktor penentu prestasi
siswa 30% guru, 7 % sekolah, 7% keluarga, 7% teman sebaya, dan 49%
karakteristik siswa. Berdasarkan data tersebut karakter siswa menjadi penentu prestasi
paling besar maka guru sangat berperan dalam pembentukan karakter siswa.
Mari kita tunggu
regulasi UASBN SD dengan cerdas!
Pustaka:
Sriwilujeng,
Dyah.2017. Panduan Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter. Jakarta: Esensi
0 Comments