Peluangmu (Guru), Jangan Kau Abaikan!

Semalam dapat pesan masuk yang membuat saya domblong. Isinya permohonan solusi, trik, strategi melaksanakan pembelajaran dari rumah. 

Domblong dalam bahasa Jawa itu memandang terheran-heran dengan mulut terbuka. Saya pikir, si Pengirim pesan hilang akal. Sehingga dengan terpaksa menanyakan kepada saya. 

Antara si Penanya dan saya sebenarnya sebelas dua belas. Orang yang bertanya mengira saya "orang pintar". Sehingga apa pun ditanyakan kepada saya.  

Padalah, di Jawa orang pintar itu sudah mencapai tingkatan tertentu. Biasanya sudah pernah puasa mutih. Makannya hanya nasi dengan garam. Seperti cerita orang-orang yang kenal dengan bapak saya. Dulu, katanya bapak sering puasa mutih. Lho, berarti ada benarnya juga. Haaa.

Mungkin juga, si penanya percaya, saya punya solusi. Sekurang-kurangnya punya teman cerita yang dapat mengurangi beban pikirannya. Asalkan bertanya bukan untuk penggugur dosa semata. 

Pagebluk coronavirus disease 19 memang menjadi hambatan sekaligus tantangan para guru. Hampir semuanya gugup. Sebagian mengalami masalah yang hampir sama, bingung dengan trik, strategi, model belajar yang digunakan. Sementara yang lain merasa tertantang dan berinovasi  dalam pembelajaran.  

Sebenarnya, pemerintah telah memberikan petunjuk. Berdasarkan buku panduan penyelenggaraan pembelajaran pada tahun ajaran 2020/2021 dan tahun akademik 2020/2021 di masa pandemi coronavirus disease 19, sekolah yang berada di zona merah itu melaksanakan pembelajaran dari rumah (BDR). BDR bisa dengan sistem dalam jaringan (daring), luar jaringan (luring), atau kombinasi daring dan luring. 

Beberapa media pembelajaran daring yang dapat dimanfaatkan oleh para guru, siswa, dan orang tua, antara lain

Selain yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat juga sumber dan media pembelajaran yang dikelola oleh mitra penyedia teknologi pembelajaran yang dapat dilihat daftarnya pada laman: https://bersamahadapikorona.kemdikbud.go.id/

Ketika penanya membaca tulisan ini mungkin berpikir, "Brow, masalahnya bukan itu? Media dan sumber belajar sudah tersebar. Sebenarnya peserta didik saya itu sebagian tidak punya gawai. Sinyalnya kurang bagus. Kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan."

Sebenarnya si Penanya sudah punya modal. Modal awal mengajar itu profil peserta didik. Profil peserta didik dapat dijadikan acuan menentukan strategi, model, dan media pembelajaran yang akan digunakan.

"Lho, kok tahu kondisi ekonomi keluarga?" 

"Ya, tahu lah, brow. Kan, si Penanya sudah mengumpulkan data dengan berkomunikasi dengan orang tua."

"Itu, juga bagus." Komunikasi awal itu wajib hukumnya. Mau daring, mau luring, harus sama-sama tahu dan sepakat. 

Misalnya orang tua peserta didik sudah sepakat daring dan luring. Mulailah mengatur perencanaan meskipun terlambat sedikit. 

"Brow, sebenarnya masalahnya bingung mengatur waktunya?"

Itu, penanya sudah mengerti solusinya. Kan, si Penanya tahu masalahnya ada pada waktu. Biasanya satu pembelajaran pukul 07.00 s.d. 12.10 selama tatap muka. Sekarang bagaimana?

Waktu ya diatur tho!

Dalam kondisi serba baru seperti ini selain banyak tantangan juga peluang. Peluang bagi guru inovatif. Guru yang selalu mencari tahu setiap ada masalah pembelajaran. Guru yang mencoba cara baru dengan pengetahuan baru. Bukan begitu? 
Reaksi:

Post a Comment

0 Comments