Penjaja Makanan pun Digerus Zaman

Penjaja makanan keliling sebenarnya sudah ada sejak zaman dulu. Hal ini dapat diketahui di relief Candi Borobudur terdapat orang yang membawa pikulan seperti orang membawa makanan yang dijual keliling saat ini. Hal ini dipertegas dengan sumber sejarah pada abad ke 14 era Majapahit bahwa ada profesi penjual makanan dan minuman keliling yang berasal dari penduduk jawa.

Penjaja makanan keliling juga telah berkembang pada masa Hindia Belanda. Penjaja minuman cendol dawet dengan cara dipikul. Demikian juga dengan penjual sate. Biasanya mereka keliling ke permukiman urban atau pun juga di perkampungan jawa.

Seiring perkembangan zaman. Model menjajakan makanan mengalami perkembangan. Ada yang didorong pakai gerobak, seperti es cendol dawet, nasi goreng, bakso. Ada pula yang ditarik pakai sepeda.

Untuk memberikan ciri khusus, cara pengolahan dan penyajianya pun dibuat bermacam-macam. Ada yang menggunakan wajan, kompor, arang dan segala keunikannya.

Cara memberitahu pelanggannya juga dibuat unik. Ada yang menyeru, "te sate, prak ketoprak." Ada pula dengan bantuan alat yang menimbulkan suara khusus, misalnya suara, "tok tok, ting ting, dog dog," dan masih banyak lagi.

Kalau diamati penjual makanan keliling tidak hanya berkembang di Pulau Jawa saja. Seluruh nusantara juga memiliki keunikan dan aneka makanan sekaligus keunikan cara menjajakan. Indah sekali keunikan dalam memanjakan lidah kita.

Kini zaman berubah cepat, semua butuh cepat, mudah, dan banyak pilihan. Semua tersedia dan terhubung dengan gawai. Mau milih minuman dan makanan yang diinginkan tinggal klik. Tanpa menunggu lama pesanan sudah siap dinikmati.

Akankah keunikan aneka model menjajakan makanan ini tergerus habis oleh kemajuan teknologi. Lalu anak cucu kita hanya mendengar cerita saja. "Ting ting," bakso sudah datang. Eh cuma cerita saja

Penjaja makanan sebenarnya hanya contoh kecil semata. Dunia kini berkembang cepat. Masa depan masih sulit diprediksi. Bagaimana bapak dan ibu guru menyiapkan peserta didiknya siap menghadapi tantangan zaman?

Tujuan pembelajaran harus berubah. Tidak hanya pada level pengetahuan saja. Cobalah sampai tahap analisis, evaluasi, dan mencipta. Lalu biasakan dan kembangkan terus.

Kang Azam, nglamun sarapan disik

Sumber:
Kompas, Minggu 29 Desember 2019 hal 17
Reaksi:

Post a Comment

0 Comments