Efek JokoMic dan Pembelajaran HOTS

Ilustrasi Tweet  Jokowi Widodo  
Tweet Presiden Bapak Joko Widodo pagi ini (Minggu, 17 November 2019) dengan judul “Berani Mencoba Berani Berubah” dengan tagar JokoMic melampirkan video komik yang unik dan menarik. Unik karena terkesan milanial, meski hal ini bukan yang pertama. Pesan lewat video komik juga mudah menarik siapa pun. Buktinya dalam waktu 3 jam sudah dibagikan lebih dari 4 ribu dan disukai lebih dari 14 ribu.
Dalam video komik tersebut menceritakan pada suatu sore, seorang kakek sedang menemani cucunya bermain. Berulang kali cucunya mencoba mendirikan model dari berbagai bangun ruang. Namun, beberapa kali mengalami kegagalan. Sehingga cucunya menangis. Pada saat menangis tersebut kakeknya mencoba menenangkan agar tidak menangis.
Dalam kondisi sudah tenang, cucunya bertanya kepada kakeknya, “Bagaimana dong, mbah?” Sebagai orang tua yang bijaksana, kakek tidak terburu-buru menunjukkan caranya. Pada saat itu, kakek meminta cucunya mencoba dengan cara lain. Cucunya pun mencoba hal baru yang berbeda dengan sebelumnya. Sehingga pada akhirnya berhasil mendirikan model dari bangun-bangun ruang. Cucunya pun sangat gembira dengan keberhasilannya.
Pada akhir permainan itu, cucunya bertanya, “Kok, mbah bisa tahu?” Kakek menjawabnya dengan mengajak berjalan-jalan supaya semakin senang. Setelah itu, kakek menyampaikan pesan kepada cucunya, “Pantang menyerah itu bagus. Tapi, kalau cara yang sama selalu gagal. Kita harus berani mencoba cara yang baru.”  
Bapak Jokowi sepertinya memberikan pesan kepada semuanya bahwa pada era distrubtion seperti saat ini semua bisa terjadi. Semua bisa berubah dalam waktu yang tak diduga. Oleh karena itu, semua harus berani berubah. Jika cara lama, cara yang sama tidak berhasil maka kita harus berani menggunakan cara baru.
Dalam dunia pendidikan masalah dan tantangan yang dihadapi memang lebih mudah diketahui. Misalnya prestasi yang rendah. Karakter yang belum berubah lebih baik. Namun membangun sumber daya manusia tidak semudah membangun gedung sekolah. Meski faktanya membangun gedung juga tidak mudah. Perlu anggaran dan komitmen semua pemangku kepentingan. Tengok saja kasus robohnya gedung SDN Gentong yang membawa korban jiwa.
Sebagai insan pendidikan yang profesinya membangun sumber daya manusia. Jika selama ini masih sering mengalami kegagalan, ketidakpuasan dengan capaian peserta didiknya cobalah berubah. Mungkin ada yang salah dengan cara mengajar dan mendidiknya. Jika cara lama tidak berubah cobalah dengan cara baru.
Kini kita telah memasuki era digital. Hampir semua kebutuhan manusia kini dapat terlayani dengan cepat. Demikian juga anak-anak didik kita nanti akan memasuki era yang baru. Era yang belum dapat kita gambarkan saat ini. Oleh karena itu, tugas kita mempersiapkan anak-anak didik siap menghadapi segala perubahan yang terjadi. Maka pembelajaran juga harus fleksibel dan perlu berubah. Tidak monoton dengan cara lama dan itu-itu saja.
Pembelajaran yang berorientasi Higher Order Thinking Skill (HOTS) menjadi pilihan yang menarik untuk kita terapkan. Pembelajaran HOTS melibatkan 3 aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu: transfer of knowledge, critical and creative thingking, dan problem solving.
Keterampilan tingkat tinggi yang berkaitan dengan transfer of knowledge erat kaitannya dengan keterampilan berpikir sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu kesatuan dalam proses belajar mengajar.
Dalam ranah kognitif pembelajaran termasuk kategori HOTS apabila melibatkan proses kognitif teratas yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta serta pada dimensi pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif. Dengan kata lain, pembelajaran HOTS apabila dalam penyusunan indikator pembelajaran menggunakan kata kerja operasional C4, C5, dan C6 serta memuat dimensi pengetahuan konseptual, prosedural, dan metakognitif. Meskipun begitu untuk mencapai C4, C5, dan C6 tetap harus memperhatikan tangga prasyarat terlebih dahulu.
Sementara itu, pada ranah afektif yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi serta derajat penerimaan atau penolakan suatu objek pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran dibagi menjadi 5 kategori yang dimulai dari penerimaan, menanggapi, penilaian, mengelola, dan karakterisasi.  
Kemudian keterampilan proses psikomotor yaitu keterampilan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota tubuh yang berkaitan dengan gerak fisik yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan pada gerak dasar, perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, ekspresif, dan interperatif. Keterampilan proses psikomotor dimulai dari imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.  
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai critical and creative thinking yaitu sebuah proses aktif anak didik dalam berpikir segala hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan, menemukan informasi yang relevan. Berpikir kritis juga merupakan proses mengerahkan segala pengetahuan dan keterampilan untuk memecahkan permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis semua asumsi yang muncul, melakukan investigasi atau penelitian berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan. Selanjutnya berpikir kreatif yaitu ide yang terdengar aneh pada awalnya namun menghasilkan solusi yang berbeda, dan bersifat lateral. Berpikir kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sebagai problem solving merupakan keterampilan para ahli yang memiliki keinginan kuat untuk dapat memecahkan masalah yang muncul pada kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran problem solving tidak dapat dipisahkan dengan keterampilan kreativitas untuk pemecahan masalah.  Ada beberapa aspek yang dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana keterampilan pemecahan masalah peserta didik. Misalnya: menentukan masalah, mendefinisikan masalah, menjelaskan permasalahan, menentukan kebutuhan data dan informasi, mempersiapkan kriteria untuk menentukan hasil pembahasan.
Masih pada video JokoMic yang boleh dikatakan sederhana namun mudah dipahami. Hal ini saya uji cobakan pada grup anak didik saya. Pertama video tersebut saya bagi. Kemudian saya minta menceritakan video tersebut dengan sudut pandang masing-masing. Hasilnya luar biasa. Anak-anak dapat menceritakan dengan gaya yang berbeda tetapi tetap tidak keluar dari isi video tersebut.
Sebagai pendidik dalam pembelajaran kita dapat memanfaatkan media apa pun yang penting mudah dipahami, bisa digunakan dan dapat mempermudah mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu mari mencoba berubah cara mengajar kita. Selain dengan pembelajaran berorientasi HOTS, kita juga menggunakan media pembelajaran yang unik seperti JokoMic.

Akang Azam pada Minggu 17 November 2019
Reaksi: