Setelah
saya mempelajari modul budaya positif, saya berkesimpulan bahwa guru penggerak
harus mampu dan menerapkan budaya positif di kelas maupun sekolah. Budaya
positif tersebut dapat diterapkan melalui konsep-konsep inti disiplin positif.
Misalnya memahami motivasi perilaku manusia, hukuman, penghargaan, posisi
kontrol seorang guru, pembuatan keyakinan kelas, dan penerapan segitiga
restitusi dalam menyelesaikan permasalahan murid.
Disiplin
positif
Disiplin
positif merupakan cara mengajarkan anak bertanggung jawab, mandiri, dan
bernalar kritis, dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai
kebajikan universal. Disiplin positif lebih ke arah disiplin diri yang dapat
mengontrol diri dalam melakukan segala tindakan. Disiplin diri dapat membuat
murid memahami dan menyadari berdasarkan motivasi internal, bukan akibat
paksaan, pujian atau hukuman.
Motivasi
Perilaku Manusia
Ada 2 motivasi perilaku manusia yaitu motivasi eksternal dan internal. Motivasi eksternal berasal dari luar diri murid. Sedangkan motivasi internal berasal dari dalam diri murid.
Perilaku manusia yang menggunakan motivasi eksternal tujuannya ada 2, yaitu untuk menghindari ketidaknyaman/hukuman dan untuk mendapatkan imbalan/penghargaan dari orang lain. Motivasi ini sifatnya sementara, jangka pendek, dan tidak dapat bertahan lama.
Perilaku manusia yang menggunakan motivasi internal tujuannya untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi ini dapat bertahan lama dalam jangka panjang.
Sebagai seorang guru dalam menciptakan budaya positif diharapkan dapat menumbuhkan motivasi internal. Motivasi yang tumbuh dari dalam diri murid. Motivasi yang menjadikan murid sebagai orang yang mereka inginkan, menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang dipercaya.
Posisi
Kontrol seorang Guru
Posisi
kontrol guru terhadap murid, ada 5 yaitu penghukum, pembuat rasa bersalah, teman,
pemantau, dan manajer. Di antara kelima posisi kontrol guru terhadap murid
tersebut yang diharapkan adalah posisi manajer.
Saat
menjadi posisi manajer guru berbuat sesuatu bersama murid. Guru menumbuhkan
karakter murid untuk menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mendukung murid
untuk menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Posisi
manajer mengacu pada restitusi dapat menjadikan murid sebagai menajer bagi
dirinya sendiri. Sehingga tercipta identitas positif/sukses.
Keyakinan
Kelas/Sekolah
Guru
dan murid berperan dalam membentuk keyakinan kelas/sekolah. Keyakinan
kelas/sekolah dibuat dengan adanya kesepakatan antara guru dan murid. Keyakinan
kelas/sekolah berupa pernyataan universal yang mudah diingat, dipahami,
diterapkan, dalam lingkungan kelas/sekolah.
Penerapan
Segitiga Restitusi dalam menyelesaikan masalahan
Guru
yang berperan sebagai manajer akan menyelesaikan masalah murid melalui tiga
tahapan, yaitu: menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan, dan menanyakan
keyakinan. Tujuannya mewujudkan murid yang mandiri, bernalar kritis, dan
bertanggung jawab.
Kaitan
materi budaya positif dengan materi filosifi KHD, Nilai dan peran guru
Penggerak, dan Visi Guru Penggerak
Budaya
positif dalam kaitannya dengan Filosofi KHD
Dengan
menjalankan budaya positif di sekolah maka akan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional sesuai dengan Filosofi KHD yaitu pendidikan yang berpihak pada murid
dan bersifat menuntun tumbuh / hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada murid.
Budaya
posisitif dalam kaitannya dengan nilai dan peran guru penggerak
Budaya
positif akan terwujud dengan adanya nilai guru penggerak yang berpihak pada
murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif.
Budaya
positif akan terwujud dengan adanya peran guru penggerak yang mendorong
kolaboratif antar warga sekolah, dengan adanya keyakinan sekolah/kelas yang
harus disepakati dan dijalankan bersama
Budaya
positif dalam kaitannya dengan visi guru penggerak
Salah
satu perubahan yang diinginkan sesuai dengan visi guru penggerak adalah
terbentukan budaya positif agar diperoleh sekolah yang nyaman dan aman serta
berpihak pada murid. Untuk mewujudkan visi guru penggerak tersebut yang
berpihak pada murid sesuai dengan filosofi KHD dan Profil Pelajar Pancasila
Sejauh
mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah anda pelajari di
modul ini.
Sampai
saat ini, saya sudah memahami konsep-konsep inti dalam modul budaya positif
berkaitan dengan disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan
penghargaan, 5 posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas,
segitiga restitusi.
Pemahaman
saya terkait dengan konsep-konsep tersebut juga sudah saya terapkan di kelas. Selain
memiliki pemahaman, saya juga sudah memiliki pengalaman sendiri. Jadi semakin
mantap.
Adakah
hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Tentu
ada. Hal yang menarik bagi saya dan di luar dugaan adalah saat saya mempelajari
motivasi perilaku manusia karena ingin mendapatkan penghargaan. Ternyata
penghargaan berdampak kurang baik bagi murid. Di antaranya merusak hubungan,
mengurangi ketepatan, menurunkan kualitas, mematikan kreativitas dan bersifat
menghukum. Padalah selama ini, saya pernah menggunakan penghargaan sebagai instrumen
untuk meningkatkan motivasi murid.
Perubahan
apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di
kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Sebelum
mempelajari modul ini saya berpikir saya dapat mengontrol murid. Saya percaya
dengan memberikan hukuman kepada murid yang melanggar peraturan dapat
mendisiplinkan murid. Kadang-kadang untuk menyentuh hati murid, saya juga
membuatnya dengan merasa bersalah. Saya berpkiri dengan bahasa yang halus dan
menyentuh hati dapat mendisiplinkan murid. Dalam kasus-kasus tertentu, saya
menerapkan posisi pemantau. Saya mengingatkan peraturan-peraturan yang ada agar
murid senantiasa disiplin dan patuh.
Setelah
mempelajari modul budaya positif ini, saya berpikir ternyata selama ini saya
salah. Saya sering menerapkan posisi kontrol sebagai penghukum, pembuat rasa
bersalah, dan pemantau. Sehingga mengubah cara berpikir saya dalam menciptakan
budaya positif di kelas maupun sekolah yaitu saya mulai menerapkan posisi
kontrol sebagai manajer. Misalnya ketika menangai murid yang mengalami masalah,
saya menggunakan segitiga restitusi. Hal ini saya lakukan karena saya memahami
pentingnya menumbuhkan motivasi internal murid.
Pengalaman
seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti
dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Saya
pernah menghadapi murid yang datang terlambat datang ke sekolah dan murid yang
bajunya tidak dimasukkan. Untuk menangani permasalahan tersebut saya
menggunakan segitiga restitusi. Saya menggunakan langkah-langkah segitiga
restitusi yaitu, mengawali dengan menstabilkan identitas, memvalidasi tindakan,
dan menanyakan keyakinan. Dalam menerapkan segitiga restitusi tersebut, saya
memposisikan diri sebagai manajer. Saya yakin dengan posisi manajer ini, murid
akan semakin mandiri, bertanggung jawab, dan bernalar kritis.
Selain
itu, saya juga sudah membuat keyakinan kelas bersama murid kelas 6. Pengalaman
saya ketika membuat keyakinan kelas bersama murid. Saya menanyakan keyakinan
kelas itu apa? Murid-murid masih belum paham. Kemudian saya bertanya, Mengapa kita
perlu menggunakan helm saat mengendari motor? Murid menjawab untuk keselamatan
diri. Apakah yakin untuk keselamatan diri? Yakin. Keyakinan yang muncul dari
dalam diri kalian itulah yang kita sebut keyakinan. Keyakinan yang akan kita
buat bersama ini akan kita pakai di kelas kita. Maka kita sebut sebagai
keyakinan kelas.
Keyakinan
kelas bersifat abstrak. Keyakinan kelas memuat nilai-nilai kebajikan universal.
Pengalaman saya, awalnya murid masih belum memahami nilai-nilai kebajikan.
Namun dengan memberikan penjelasan dan curah serta contoh-contoh yang konkret
murid mulai memahami nilai-nilai kebajikan universal. Misalnya saya bertanya
mandiri itu tampak seperti apa anak-anak? Mandiri tidak tampak seperti apa?
Setelah murid-murid memahami nilai-nilai kebajikan baru saya ajak mengubah
peraturan yang ada menjadi keyakinan mengikuti tahapan pembentukan keyakinan
kelas.
Bagaimanakah
perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Perasaan
saya ketika mengalami sendiri saat menangani permasalahan murid dengan posisi
kontrol sebagai penghukum maupun sebagai pembuat rasa bersalah adalah saya juga
merasakan rasa bersalah dan tidak nyaman. Saya melihat murid menjadi takut,
dendam terhadap saya, dan menyimpan rasa perih dalam diri yang mendalam.
Setelah
saya memahami inti modul budaya positif, saya merasa optimis dan lebih tenang
ketika menghadapi permasalahan murid.
Saya menjadi yakin dengan menerapkan segitiga restitusi. Saya lebih
optimis anak-anak semakin mendapatkan kesempatan berpikir, semakin mandiri, dan
lebih memiliki tanggung jawab.
Menurut
Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa
sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?
Hal
yang sudah baik dalam menerapkan konsep-konsep disiplin positif antara lain
saat saya melaksanakan segitiga restitusi. Saya bisa menerapkan langkah-langkah
restitusi dengan baik. Misalnya dalam menstabilkan identitas, memvalidasi
tindakan murid, dan menanyakan keyakinan. Saya sudah bisa menerapkan posisi
kontrol sebagai manajer. Meskipun demikian, dalam melaksanakan restitusi saya
masih perlu terus meningkatkan keterampilan saya. Terutama dalam membuat
pertanyaan-pertanyaan. Saya perlu terus meningkatkan keterampilan tersebut.
Selain
itu, saya juga sudah memiliki pengalaman yang baik dalam membuat keyakinan
kelas. Meskipun mengalami hambatan-hambatan. Misalnya dalam memberikan
penjelasan terkait dengan nilai-nilai kebajikan yang bersifat abstrak.
Murid-murid akhirnya memahami dengan penjelasan dan contoh-contoh yang konkret.
Sehingga ke depan, saya lebih optimis dapat membuat keyakinan kelas yang lebih
baik lagi.
Sebelum
mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi
kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan
Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,
posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa
perbedaannya?
Sebelum
mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid yang menghadapi
permasalahan, saya sering menjadi penghukum, pembuat rasa bersalah, dan
pemantau. Saat itu, perasaan saya tidak nyaman dan muncul rasa bersalah setelah
kejadian.
Setelah
mempelajari modul ini, saya berupaya menjadi manajer. Ketika posisi manajer,
saya merasakan optimis dan tenang. Saya menyadari pentingnya komunikasi yang
memberdayakan dengan murid untuk mengetahui duduk permasalahan yang sebenarnya
terjadi. Sehingga saya dapat memberdayakan murid berpikir mencari solusi,
menentukan keputusan secara mandiri, dan bertanggung jawab atas keputusannya.
Sebelum
mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika
menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktikkan
dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
Pernah,
namun saya tidak memahami sebenarnya saya sudah melaksanakan bagian dari
restitusi. Tahapan yang saya praktikkan adalah menstabilkan identitas. Misalnya
saya mengatakan pada murid, “Sudah tidak apa-apa? Semua sudah terjadi. Anak
lain juga pernah melakukan.”
Selain
konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang
menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif
baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Hal
lain yang saya rasa penting untuk dipelajari dalam menciptakan budaya positif
di lingkungan kelas maupun sekolah adalah menjaga semangat dan konsistensi saya
dan guru lain di kelas maupun sekolah. Saya ingin mendapatkan materi itu agar
budaya positif terwujud karena semua pihak sudah memiliki semangat dan mampu
menjaga konsistensinya.
0 Comments