Risiko Mengajar Itu Belajar

Ketika mendapati pertanyaan dari si kecil, "Bapak arti gundul-gundul pacul itu apa?"

"Si Gundul di TV itu?" Tanyaku.

"Bukan. Lagu gundul-gundul pacul itu lho." Si kecil memperjelas pertanyaan .

Seketika dahiku mengkerut. Aku berpikir arti lagu dolanan yang sarat filosofi ini.

Sementara aku berpikir, si kecil aku minta melanjutkan belajar dulu.

"Sebentar ya, kamu baca dulu!"

Pertanyaan ini memaksaku belajar beberapa hal. Pertama, aku harus tahu arti gundul-gundul pacul. Kedua, aku mendapatkan pencerahan dari makna gundul-gundul pacul. Ketiga, aku menyadari bahwa setiap pengajar itu mau belajar. Jadi sebelum aku menjelaskan banyak hal kepada si kecil, aku juga harus belajar dulu.

Setelah aku belajar dan merasa siap, aku pun menjelaskan kepada si kecil.

Kepalanya aku papah di atas pangkuanku. Aku mulai membeber lagu kata per kata.

"Anakku, lagu Gundul-gundul Pacul itu diciptakan oleh Sunan Kalijaga  pada tahun 1400-an. Beliau ini salah seorang wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa melalui kebudayaan. Contohnya lagu dolanan yang kamu tanyakan ini. Syair lagu ini terdapat simbol-simbol yang mempunyai makna luhur dan mendalam.

Gundul dalam bahasa Jawa itu sama dengan kepala plontos tanpa rambut. Kepala adalah lambang kehormatan, kemuliaan seseorang. Sedangkan rambut adalah mahkota lambang keindahan kepala. Jadi gundul adalah kehormatan tanpa mahkota.

Kemudian pacul adalah cangkul  yaitu alat petani yang terbuat dari lempeng besi bentuknya segi empat. Jadi pacul adalah lambang kawula alit (rakyat) yang sebagian besar petani.

Gundul Pacul maknanya adalah seorang pemimpin sesungguhnya bukan orang yang diberi mahkota tetapi dia adalah pembawa pacul untuk mencangkul, yang mengupayakan kesejahteraan bagi rakyatnya.

Orang Jawa juga mengatakan pacul itu Papat Kang Ucul. Artinya kemuliaan seseorang tergantung empat hal, yaitu bagaimana menggunakan mata, hidung, telinga, dan mulutnya? Mata digunakan untuk melihat kesulitan rakyat (masyarakat). Telinga digunakan untuk mendengar nasihat. Hidung digunakan untuk mencium wewangian (kebaikan). Mulut digunakan untuk berkata adil. Jika empat hal itu lepas, maka lepaslah kehormatannya.

Gembelengan maknanya besar kepala, sombong dan bermain-main dalam menggunakan kehormatannya. Jika orang yang kepalanya sudah kehilangan empat indera itu mengakibatkan gembelengan (congkak/sombong).

Lanjutan lagunyanya begini, Nyunggi-nyunggi wakul (menjunjung amanah rakyat (masyarakat) jangan gembelengan (sombong hati). Sebab jika sombong akhirnya wakul glimpang (amanah jatuh tak bisa dipertahankan). Kemudian bisa segane dadi sak latar (berantakan sia-sia, tidak bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat (masyarakat).

Intinya di dalam syair lagu Gundul-gundul Pacul ini, kita selalu diingatkan untuk berhati-hati dan amanah ketika menjadi pemimpin. Pemimpin apapun. Sebab sejatinya kita ini semuanya pemimpin. Setidaknya bagi diri sendiri. 

Nah, kalau kamu jadi ketua kelas jaga amanah dan tidak boleh sombong anakku. 

Sambil memeluk si kecil matanya tampak kelap kelip.

"Ngantuk Bapaaaak."

Reaksi:

Post a Comment

0 Comments